BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
a. Gender pada
awalnya diambil dari kata dalam bahasa arab JINSIYYUN yang kemudian di adopsi
dalam bahasa perancis dan inggris menjadi Gender
b. Gender adalah
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung
jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai social, budaya dan adat
istiadat (Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)
c. Gender adalah
pera dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan secara social.
Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan
sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat, bukan karena
perbedaan biologis (WHO, 1998).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang kami angkat yaitu Pengertian budaya terhadap gender.
Rumusan masalah yang kami angkat yaitu Pengertian budaya terhadap gender.
1.3 TUJUAN
Mengetahui pengertian dari budaya yang berpengaruh terhadap gender.
Mengetahui pengertian dari budaya yang berpengaruh terhadap gender.
1.4
MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
BAB
II
PEMBAHASAN
BUDAYA YANG BERPENGARUH
TERHADAP GENDER
A. Pengertian Gender
dan Seksualitas
1. Pengertian Gender
a. Gender pada
awalnya diambil dari kata dalam bahasa arab JINSIYYUN yang kemudian di adopsi
dalam bahasa perancis dan inggris menjadi Gender
b. Gender adalah
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab
dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai social, budaya dan adat istiadat
(Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)
c. Gender adalah
pera dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan secara social.
Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan
sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat, bukan karena
perbedaan biologis (WHO, 1998).
2. Pengertian
Seksualitas
a. Seksualitas/jenis
kelamin adalah karakteristik biologis-anatomis (khususnya system reproduksi dan
hormonal) diikuti dengan karakteristik fisiologis tubuh yang menentukan
seseorang adalah laki-laki atau perempuan (Depkes RI, 2002:2)
b. Seksualitas/Jenis Kelamin (seks) adalah
perbedaan fisik biologis yang mudah dilihat melalui cirri fisik primer dan
secara sekunder yang ada pada kaum laki-laki dan perempuan(Badan Pemberdayaan
Masyarakat, 2003)
c. Seksualitas/Jenis
Kelamin adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis melekat
pada jenis kelamin tertentu 9handayani, 2002 :4)
d. Seks adalah
karakteritik genetic/fisiologis atau biologis seseorang yang menunjukkan apakah
dia seorang perempuan atau laki-laki (WHO, 1998)
B. Perbedaan Gender dan Seksualitas
No
|
Karakteristik
|
Gender
|
Seks
|
1.
|
Sumber
pembeda
|
Manusia
(masyarakat)
|
Tuhan
|
2.
|
Visi,
Misi
|
Kebiasaan
|
Kesetaraan
|
3.
|
Unsur
pembeda
|
Kebudayaan
(tingkah laku)
|
Biologis
(alat reproduksi)
|
4.
|
Sifat
|
Harkat,
martabat dapat dipertukarkan
|
Kodrat, tertentu tidak dapat dipertukarkan
|
5.
|
Dampak
|
Terciptanya norma-norma/ketentuan tentang “pantas” atau
“tidak pantas” laki-laki pantas menjadi pemimpin, perempuan “pantas’ dipimpin
dll. Sering
merugikan salah satu pihak, kebetulan adalah perempuan
|
Terciptanya
nilai-nilai : kesempurnaan, kenikmatan, kedamaian dll. Sehingga menguntungkan
kedua belah pihak.
|
6.
|
Ke-berlaku-an
|
Dapat berubah, musiman dan berbeda anra kelas
|
Sepanjang masa dimana saja, tidak mengenal pembedaan
kelas.
|
Menurut Badan
Pemberdayaan Masyarakat, Perbedaan antara Gender dan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
|
Gender
|
Tidak dapat berubah, contohnya alat kelamin laki-laki
dan perempuan
|
Dapat berubah, contohnya peran dalam kegiatan
sehari-hari, seperti banyak perempuan menjadi juru masak jika dirumah, tetapi
jika di restoran juru masak lebih banyak laki-laki.
|
Tidak dapat dipertukarkan, contohnya jakun pada
laki-laki dan payudara pada perempuan
|
Dapat
dipertukarkan
|
Berlaku sepanjang masa, contohnya status sebagai
laki-laki atau perempuan
|
Tergantung budaya dan kebiasaan, contohnya di jawa pada
jaman penjajahan belanda kaum perempuan tidak memperoleh hak pendidikan.Setelah Indo merdeka
perempuan mempunyai kebebasan mengikuti pendidikan
|
Berlaku dimana saja, contohnya di rumah, dikantor dan
dimanapun berada, seorang laki-laki/perempuan tetap laki-laki dan perempuan
|
Tergantung budaya setempat, contohnya pembatasan
kesempatan di bidang pekerjaan terhadap perempuan dikarenakan budaya setempat
antara lain diutamakan untuk menjadi perawat, guru TK, pengasuh anak
|
Merupakan kodrat Tuhan, contohnya laki-laki mempunyai
cirri-ciri utama yang berbeda dengan cirri-ciri utama perempuan yaitu jakun.
|
Bukan merupakan budaya setempat, contohnya pengaturan
jumlah a nak dalam satu keluarga
|
Ciptaan Tuhan, contohnya perempuan bisa haid, hamil,
melahirkan dan menyusui sedang laki-laki tidak.
|
Buatan manusia, contohnya laki-laki dan perempuan
berhak menjadi calon ketua RT, RW, dan kepala desa bahkan presiden.
|
C. Budaya
yang Mempengaruhi Gender
1. Sebagian besar masyarakat banyak dianut
kepercayaan yang salah tentang apa arti menjadi seorang wanita, dengan akibat
yang berbahaya bagi kesehatan wanita.
2. Setiap masyarakat
mengharapkan wanita dan pria untuk berpikir, berperasaan dan bertindak dengan
pola-pola tertentu dengan alas an hanya karena mereka dilahirkan sebagai
wanita/pria. Contohnya wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan, membawa air
dan kayu bakar, merawat anak-anak dan suami. Sedangkan pria bertugas memberikan
kesejahteraan bagi keluarga di masa tua serta melindungi keluarga dari ancaman.
3. Gender dan
kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin tersebut, semuanya adalah hasil
rekayasa masyarakat. Beberapa kegiatan seperti menyiapkan makanan dan merawat
anak adalah dianggap sebagai “kegiatan wanita”.
4. Kegiatan lain
tidak sama dari satu daerah ke daerah lain diseluruh dunia, tergantung pada
kebiasaan, hokum dan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut.
5. Peran jenis
kelamin bahkan bisa tidak sama didalam suatu masyarakat, tergantung pada
tingkat pendidikan, suku dan umurnya, contohnya : di dalam suatu masyarakat,
wanita dari suku tertentu biasanya bekerja menjadi pembantu rumah tangga,
sedang wanita lain mempunyai pilihan yang lebih luas tentang pekerjaan yang
bisa mereka pegang.
6. Peran gender
diajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anaknya. Sejak anak berusia
muda, orang tua telah memberlakukan anak perempuan dan laki-laki berbeda,
meskipun kadang tanpa mereka sadari
D. Pengertian Diskriminasi Gender
Diskriminasi gender
adalah adanya perbedaan, pengecualian/pembatasan yang dibuat berdasarkan peran
dan norma gender yang dikonstruksi secara social yang mencegah seseorang untuk
menikmati HAM secara penuh.
E. Bentuk-Bentuk
Ketidakadilan Gender
1. Gender dan
Marginalisasi Perempuan
Bentuk manifestasi ketidakadilan gender adalah
proses marginalisasi/pemiskinan terhadap kaum perempuan. Ada beberapa mekanisme
proses marginalisasi kaum perempuan karena perbedaan gender. Dari segi
sumbernya bisa berasal dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama,
keyakinan tradisi dan kebiasaan bahkan asumsi ilmu pengetahuan, misalnya marginalisasi
dibidang pertanian, contohnya revolusi hijau yang memfokuskan pada laki-laki
mengakibatkan banyak perempuan tergeser dan menjadi miskin. Contoh lain adanya
pekerjaan khusus perempuan seperti : guru anak2, pekerja pabrik yang berakibat
pada penggajian yang rendah. Contoh lain : upah wanita lebih kecil,
izin usaha wanita harus diketahui ayah (jika masih lajang) dan suami jika udah
menikah, permohonan kredit harus seijin suami, pembatasan kesempatan dibidang
pekerjaan terhadap wanita, kemajuan tehnologi industry meminggirkan peran serta
wanita
2. Gender dan Subordinasi Pekerjaan Perempuan
Subordinasi adalah anggapan tidak penting
dalam keputusan politik. Perempuan tersubordinasi oleh factor yang
dikonstruksikan secara social. Hal ini disebabkan karena belum terkoordinasi
konsep gender dalam masyarakat yang mengakibatkan adanya diskriminasi kerja
bagi perempuan.Contoh ;wanita sebagai konco wingking, hak kawin wanita dinomor
duakan, bagian warisan wanita lebih sedikit, wanita dinomor duakan dalam
peluang bidang politik, jabatan, karir dan pendidikan.
3. Gender dan Sterotip
atas Pekerjaan Perempuan
Stereotip adalah pelabelan terhadap suatu kelompok / jenis pekerjaan
tertentu. Stereotip adalah bentuk ketidakadilan. Secara umum stereotip
merupakan pelabelan/penandaan terhadap kelompok tertentu dan biasanya pelabelan
ini selalu berakibat pada ketidakadilan, sehingga dinamakan pelabelan negative.Hal
ini disebabkan pelabelan yang sudah melekat pada laki-laki misalnya manusia
yang kuat, rasional, jantan, perkasa. Sedangkan perempuan adalah mahkluk yang
lembut, cantik dan keibuan.Contoh : Wanita-sumur-dapur-kasur, Wanita
macak-masak-manak, laki-laki tlang punggung keluarga, kehebatan pada kemampuan
seksualnya, Laki-laki mata keranjang, janda mudah dirayu.
4. Gender dan Kekerasan Terhadap Perempuan
Kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik
maupun integritas mental psikologi seseorang. Kekerasan terhadap manusia
sumbernya macam-macam namun ada satu jenis kekerasan yang bersumber anggapan
gender. Kekerasan terhadap perempuan merupakan kekerasan yang disebabkan adanya
keyakinan gender. Bentuk kekerasan ini tidak selalu terjadi antara laki-laki
terhadap perempuan akan tetapi antara perempuan dengan perempuan atau erempuan
dengan laki-laki. Meskipun demikian perempuan menjadi lebih rentan karena
posisinya yang pincang dimata masyarakat baik secara ekonomi, social atau
politik. Posisi perempuan dianggap lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.
Kekerasan fisik : perkosaan, pemukulan, dan penyiksaan. Non fisik : pelecehan
seksual, ancaman, dan paksaan. Contoh ; Eksploitsi terhadap wanita,
pelecehan terhadap wanita, perkosaan, wanita jadi obyek iklan, laki-laki
sebagai pencari nafkah,suami membatasi uang belanja dan memonitor
pengeluarannya, istri menghina/mencela kemampuan seksual.
5. Gender dan Beban kerja
Lebih Berat
Dengan berkembangnya wawasan kemitrasejajaran
berdasarkan pendekatan gender dalam berbagai aspek kehidupan, maka peran
perempuan mengalami perkembangan yang cukup cepat. Namun perlu dicermati bahwa
perkembangan perempuan tidaklah “mengubah” peranannya yang “lama” yaitu peranan
dalam lingkup rumah tangga (peran reproduktif). Maka dari itu perkembangan
peranan perempuan ini sifatnya menambah, dan umumnya perempuan mengerjakan
peranan sekaligus untuk memenuhi tuntutan pembangunan, untuk itulah maka beban
kerja perempuan terkesan berlebihan. Contoh :wanita bekerja diluar rumah
atau dirumah, wanita sebagai perawat, pendidik anak sekaligus pendamping suami
pencari nafkah kehidupan, laki-laki mencari nafkah utama sekaligus sopir
keluarga.
F. Ketidaksetaraan dan
Ketidakadilan Gender dalam
Pelayanan Kesehatan
1. Ketidak-setaraan Gender
Ketidak-setaraan gender merupakan keadaan diskriminatif (sebagai akibat
dari perbedaan jenis kelamin) dalam memperoleh kesempatan, pembagian
sumber-sumber dan hasil pembangunan serta kses terhadap pelayanan. Contonya sebagai
berikut :
a. Bias gender dalam penelitian kesehatan
Ada indikasi bahwa penelitian kesehatan
mempunyai tingkat bias gender nyata baik dalam pemilihan topic, metode yang
digunakan, atau analisa data. Gangguan kesehatan biasa yang mengakibatkan
gangguan berarti pada perempuan tidak mendapat perhatian bila tidak
mempengaruhi fungsi reproduksi.
b. Perbedaan gender
dalam akses terhadap pelayanan kesehatan
Berbeda dengan Negara maju kaum perempuan
dinegara berkembang pada umumnya belum dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan. Perempuan yang mengalami depresi karena kekerasan domestic
yang dilakukan oleh pasangannya hanya diobati dengan antidepresan tanpa diberi
dalam mengatasi masalah gender yang melatarbelaknginya.
2. Ketidak-adilan Gender
Dalam berbagai aspek ketidak-setaraan gender
tersebut sering ditemukan pula ketidakadilan gender yaitu ketidakadilan
berdasarkan norma dan standart yang belaku. Ketidakadilan adalah
ketidaksetaraan yang tidak pantas atau tidak adil.
Definisi “keadilan gender dalam kesehatan”
menurut WHO mengandung 2 aspek :
a. Keadilan dalam
status kesehatan yaitu tercapainya derajat kesehatan yang setinggi mungkin
(fisik, psikologi dan social).
b. Keadilan dalam
pelayanan kesehatan yang berarti bahwa pelayanan diberikan sesuai dengan
kebutuhan tanpa tergntung pada kedudukan social dan diberikan sebagai respon
terhadap harapan yang pantas dari masyarakat dengan penarikan biaya pelayanan
yang sesuai dengan kemampuan.
Sebagai strategi operasional dalam mencapai
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dianjurkan melakukan pengarus-utamaan
gender (PUG).
G. Isu Gender dalam
Kesehatan Reproduksi
Isu gender adalah suatu
kondisi yang menunjukkan kesenjangan laki-laki dan perempuan yaitu adanya
kesenjangan antara kondisi yang dicita-citakan (normatif) dengan kondisi
sebagaimana adanya (obyektif).
1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (Safe
Motherhood)
2. Keluarga Berencana
3. Kesehatan
Reproduksi Remaja
4. Infeksi Menular
Seksual
H. Penanganan Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi
Gender mempunyai pengaruh
besar terhadap kesehatan laki-laki dan perempuan. Hal ini semakin dirasakan
dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi antara lain karena hal berikut :
1. Masalah kesehatan
reproduksidapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia missal masalah inses
yang terjadi pada masa anak-anak dirumah, masalah pergaulan bebas , kehamilan
remaja.
2. Perempuan lebih
rentan dalam menghadapi resiko kesehatan reproduksi seperti kehamilan,
melahirkan, aborsi tidak aman dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur
alat reproduksi yang rentan secara social atau biologis terhadap penularan IMS
termasuk STD/HIV/AIDS.
3. Masalah kesehatan
reproduksi tidak terpisah dari hubungan laki-laki dan perempuan. Namun
keterlibatan , motivasi serta partisipasi laki-laki dalam kespro dewasa ini
sangat kurang.
4. Laki-laki juga
mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khusunya berkaitan dengan IMS. HIV, dan
AIDS. Karena ini dalam menyusun strategi untuk memperbaiki kespro harus
dipertimbangkan pula kebutuhan, kepedulian dan tanggung jawab laki-laki.
5. Perempuan rentan
terhadap kekerasan dalam rumah tangga 9kekerasan domestic) atau perlakuan kasar
yang pada dasarnya bersumber gender yamg tidak setara.
6. Kesehatan
reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan urusan perempuan seperti KB<>
I. Upaya
Promotif dan Preventif Menurut Leavel dan Clark
Dalam kesehatan
masyarakat ada lima tingkatan pencegahan penyakit dari leavel dan Clark yaitu :
1. Peningkatan
kesehatan (health promotion)
2. Perlindungan umum
dan khusus terhada penyakit tertentu (spesifik protection)
3. Menegkkan
diagnose secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat ( early diagnosis and
promotion)
4. Pembatasan
kecacatan ( disssability limitation)
5. Pemulihan
kesehatan (rehabilitation)
Peningkatan kesehatan dan
perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu adalah usaha
yang dilakukan sebelum sakit (pre pathogenesis) dan disebut pencegahan primer.
Penengakan diagnosis
secara dini dan pengobatan yg cepat dan tepat, pembatasan kecacatan dan
pemulihan kesehatan adalah usaha-usaha yang dilakukan pada waktu sakit
(pathogenesis). Penengakan diagnosis secara dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat disebut pencegahan tersier. Agar mudah dipahami dapat dilihat pada skema
dibawah ini :
Fase Prepatogenesis
·
Peningkatan
kesehatan
Ø Perlindungan umum dan
spesifik ---> pencegahan primer
Fase Patogenesis
·
Penengakan
diagnose dini dan pengobatan yg cepat --- > pencegahan sekun
Ø Pembatasan kecacatan
Pencegahan tersier
Ø Pemulihan kesehatan
J. Kegiatan pada masing-masing
tingkat pencegahan :
1. Peningkatan Kesehatan
(health promotion)
a. Perbaikan dan
peningkatan gizi
b. Perbaikan dan
pemeliharaan kesehatan perorangan
c. Perbaikan higiene
& sanitasi lingkungan seperti : penyediaan air bersih, perbaikan dan penyediaan
tempat pembuangan sampah dan perumahan sehat
d. Pendidikan
kesehatan terhadap masyarakat
e. Olah raga secara
teratur
f. Kesempatan
memperoleh hiburan yang sehat untuk kemungkinan perkembangan kesehatan mental
& sosial
g. Nasehat &
perkawinan serta pendidikan seks yang bertanggung jawab
2. Perlindungan Umum dan
Khusus Terhadap Penyakit2 Tertentu (spesifik protection)
a. Memberi
perlindungan khusus terhadap suatu penyakit
Misal : penggunaan kondom untuk mencegah
HIV/AIDS, penggunaan sarung tangan & masker saat bekerja sebagai tenakes
b. Isolasi terhadap
penyakit menular
c. Perlindungan
terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat umum & di tempat kerja.
d. Perlindungan
terhadap bahan2 yg bersifat karsinogenik, bahan racun maupun alergi
e. Pengendalian
sumber2 pencemaran
3. Menegakkan Diagnosa
Secara Dini dan Pengobatan yang Cepat dan Tepat (early diagnosis and promotion)
a. Mencari kasus
sedini mungkin (case finding)
b. Melakukan
pemeriksaan kesehatan umum secara rutin
c. Pengawasan
selektif terhadap penyakit tertentu sprt penyakit kusta, TBC
d. Meningkatakan
keteraturan pengobatan terhadap penderita (case holding)I
e. Mencari orang2 yg
pernah berhubungan dgn penderita penyakit menular (contact person)
f. Pemberian
pengobatan yg tepat pada setiap permulaan kasus.
4. Pembatasan Kecacatan
(disability limitation)
a. Kurangnya
kesadaran masy tentang kesehatan shg masy tidak melanjutkan pengobatan scr
tuntas shg dapat menyebabkan terjadi cacat atau ketidakmampuan.
Misal : penganan secara tuntas pd kasus infeksi
organ reproduksi untuk mencegah terjadinya infertilitas.
b. Perbaikan
fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan &
perawatan yang lebih intensif
c. Pencegahan
terhadap komplikasi dan kecacatan
5. Pemulihan Kesehatan (rehabilitation)
a. Penkes perlu
bukan hanya untuk orang yang cacat tapi juga untuk masyarakat.
Misal ; Pusat rehabilitasi bagi korban
kekerasan, rehabilitasi PSK, dan korban narkoba
b. Mengembangkan
lembaga rehabilitasi dgn mengikutsertakan masy
c. Menyadarkan
masyarakat untuk menerima mereka kembali dgn memberikan dukungan moral tidaknya
bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
d. Mengusahakan
perkampungan rehabilitasi social sehingga setiap penderita yang telah cacat
mampu mempertahankan diri.
e. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang
harus tetap dilakukan seorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Gender pada awalnya diambil dari kata dalam
bahasa arab JINSIYYUN yang kemudian di adopsi dalam bahasa perancis dan inggris
menjadi Gender
Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk
oleh tata nilai social, budaya dan adat istiadat (Badan Pemberdayaan
Masyarakat, 2003)
Gender adalah pera dan tanggung jawab
perempuan dan laki-laki yang ditentukan secara social. Gender berhubungan
dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai perempuan
dan laki-laki yang dibentuk masyarakat, bukan karena perbedaan biologis (WHO,
1998).
3.2 SARAN
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Petugas – petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.
3.2 SARAN
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Petugas – petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes RI, 2001. Yang Perlu
Diketahui Petugas Kesehatan tentang : Kesehatan Reproduksi, Depkes, Jakarta.
Ali, Mohammad dan Muhammad
Asrori. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: P.T. Bumi
Aksara, 2006.
Asrori,
Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: C.V. Wacana Prima, 2009.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Dirjen Dikti HEDS-JICA.Per kem bangan
Peserta Didik. Jakarta: Tim
Pembina Mata Kuliah Perkembangan Peserta
Didik, 2007.
Sunarto dan Hartono, B.
Agung. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Makalah Budaya Yang Berpengaruh Terhadap Gender
Daftar isi
Kata Pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
1.4
Manfaat
1.4.1
Bagi Mahasiswa
1.4.2
Bagi Petugas Kesehatan
Bab II
2 komentar:
HOTLINE CALL/SMS ; 085 712 207 772 (I-sat) PIN BBM : 2B9E676B
Vibrator Sex Intimate Tease Double Vibe
Penis Mutiara Maju Mundur
Vibrator Pretty Love Sex
Penis Fantasy Bliss
Penis Tempel Elektrik
Penis Mutiara Tempel Manual
Penis Ikat Pinggang Getar Goyang Elektrik
Penis Mutiara Getar Elektrik
Penis Dua Kepala
Penis Tempel Pompa Elektrik
Penis Silikon Getar Goyang
Penis Sakky Getar
KLG Obat Pembesar Penis
Obat Pembesar Penis Neosize XL
Pro Extender Alat Pembesar Penis
Ciri Vimax Asli
Obat Pembesar Penis VigRX
Obat Penyubur Sperma / Mani Encer
Black Mamba Oil
Pembesar Penis Cobra Oil
Minyak Lintah Papua
Penis Sakky Getar
Vakum Alat Pembesar Penis
Pembesar Penis Celana Vakoou
Vibrator Lidah Penggeli Vagina
Kondom Mutiara Berduri
Kondom Silikon Duri
Kondom Telur Getar
Halo Bossku ^^
Segera Daftarkan ID di ibu21,com
Menyediakan 8 Permainan Hanya Dengan 1 ID
Serta Tersedia Promo Menarik
Bonus Turn Over Terbesar
Bonus Refferal Seumur Hidup
Minimal Deposit Hanya 25Rb
BBM : csibuqq
WA : +855 88 780 6060
Di Tunggu Kehadirannya Bossku ^^
Posting Komentar